Selasa, 21 April 2015

One of story of my life

  Coklat Kacang
Namaku  Prisya . Aku anak pertama dari dua bersaudara. Bapak dan ibuku sangat sayang padaku , ya walaupun kadang aku salah mengartikan rasa sayang mereka. Aku dan ibuku akrab seperti sahabat sendiri , aku meneritakan kisah social , pendidikan , dll pada ibu. Namun satu kisah yang aku tak berani menceritakan adalah kiah asmara , bukan karena takut dimarahi karena ketahuan deket sama cowok , tapi ak masih belum terbuka soal itu. Tapi di lubk hati paling dalam ingin sekali bercerita masalah asmara kepada ibu , tapi beliau pasti tidak terlalu merepon dan selalu mengatakan ‘’ ingat sekolahmu , jangan memikirkan hal-hal yang mengganggu kesuksesanmu .’’ Sang surya masih malu menampakkan sinarnya , aku membuka mata perlahan dan bergegas untuk mandi . kuambil handuk dan segera kurasakan dinginnya air yang mengalir di tubuhku menambah semngat pagi dala jiwaku. Habis mandi , solat subuh terus siap buat pake seragam putih abu-abu . kubuka pintu kost , kuhirup udara pagi yang menyehatkan itu . Aku kembali ke cermin dan berdandan . kibaran jlbab putih dengan jarum pentul di ujung jilbab . Sekarang aku kelas sebelas, itu artinya punya temen baru, ruang kelas baru, dan pemandangan baru. Aku tidak menyangka bahwa kakak kelas yang sering kutemui selama kelas X saling menundukan pandangan ternyata kelasnya berdekatan. Meskipun sudah saling tau lewat media social(Facebook dan BBM), tapi kita masih menundukkan pandangan ketika berpapasan di sekolah. Memang benar sih, kan islam mengajarkan untuk menundukkan pandangan jika bertemu lawan jenis. Tapi kan setidaknya seyum, senyum kan juga ibadah. hehehe Awal Chatting Hari itu panasnya menembus tulang, aku bolak-balik kopsis buat cari air dingin. “ Air airrrr.’’ Teriakku yang kaya orang yang tidak pernah minum. Pengennya ngecek keahlian buat ngelempar botol air mineral ketempat sampah yang jaraknya 2m dengan kecepatan 10m/, kalau di hitung pake Xmax itu baklan tepat masuk ke dalam tempat sampah. Kenyataan berkata lain, saat dilemparkan bukannya masuk ke tempat sampah tapi malahan kena kepala orang.’’ Gimana ini Vi, kamu ngga pastiin dulu ada orang apa ngga?’’ kataku, ‘’ ya….mana tau kalau bakalan yang lewat depan situ. Udah temui terus kamu minta maaf aja.’’  Jawab Vivi teman baikku di sekolah, yang baik, cantik,pinter nyanyi, dan kadang-kadang menjengkelkan. Aku langsung menghampiri orang yang sepertinya tak asing bagiku, ‘’Duh maaf ya Kak, tadi ngga sengaja, ngga ada yang luka kan ?’’ kataku dengan nada rendah dan menahan tawa. ‘’iyaa gapapa .’’ Jawabnya singkat lalu pergi. Dalam hati berkata ‘’Itu orang cuek banget ngga ada kata lain apa yang bisa menyejukkan hati ?’’.  Vivi tertawa lepas saat aku di cuekin dan di biarkan begitu saja sama mantan kakak kelasnya di SMP yang namanya Edward.  Setelah kejadian itu kita jarang bertemu di sekolah entah kebetulan atau memang takdir untuk tidak bertemu.  Dua minggu kemudian, dia ngechat via BBM gara-gara Display Pictureku, awalnya  aku pikir dia bakal memuji  Display Pictureku, ee malah ternyata cuma tanya dimana aku foto, ya udah aku jawab seperlunya aja karena aku masih agak sakit saat dicuekin dua minggu yang lalu. Tapi dia malahan semakin jauh dari topic awal pembicaraan, dan chattingan pun masih berlanjut sampai keesokan harinya tentunya dengan topic yang lebih humoris. Cukup lama chattingan, terrnyata chattingan sama dia seru banget dan bisa nambah ilmu agama  juga, betah banget kalau chattingan bahkan pernah sampai pukul 00.15 dan berakkhir dengan tertidurnya aku. Hal itu aku ceritakan kepada Vivi dan apa responnya ? Vivi kaget banget mantan kakak kelasnya SMP ternyata orangnya seru dan asyik buat ngobrol. Rasanya pengen banget tau sikapnya setelah chattingan, ada perbedaan atau ngga antara bertemu langsung dengan via BBM. Kalau berharap ketemu malah ngga ketemu selama sekali, tapi kalau nggga berharap juga ngga ketemu. Pertama Ketemu Setelah Chattingan Pertemuan singkat dan agak disengaja itu terjadi saat sepulang sekolah.  ‘’Syaa , ayo pulang sekarang. Ngapain sih lama-lama di depan gerbang ?’’ Tanya Vivi, ‘’ sebentar dulu deh Viii’’ jawabku sambil tengok kanan kiri, berharap bisa ketemu Kak Edward. Tiba tiba Vivi menarik tanganku dan menggandeng sambil berjalan. Aku berjalan degan gleyar-gleyor, karena pandangan masih ke belakang aku tidak tau kalau di depanku ada orang, hampir saja menabraknya. Aku kaget,  orang itu ternyata Kak Edward. Masih dengan menjaga pandangannya dia mengatakan ‘’ Hai dik, kok belum pulang?’’.  Aku menjawab dengan nada pelan ‘’Iya Kak, ini juga mau pulang kok.’’ Beberapa menit saling terdiam, Kak Edward pamit duluan kan meninggalkan senyum  kepadaku dan Vivi. Pertemuan yang begitu singkat sedikit mengubah penilaianku terhadap Kak Edward, yang semula cuek dan terkesan tidak peduli ternyata setelah kenal lewat chattingan ternyata ramah untuk orang yang dikenal. Dulu punya aplikasi BBM cuma buat tanya-tanya PR dan membaca curhatan Vivi, sekarang bisa ada yang merhatiin, ngingetin solat, ngajakin One Day One Juz, saling menyemangati belajar  dan masih banyak lagi hal-hal yang bermanfaat selama chattingan. Pastinya jarang-jarang banget lepas dari Androidku, ya selain buat browsing  cari informasi dan tugas, juga buat menjalin silaturahmi dengan teman lama lewat social media. Kerja Kelompok Di Rumah Vivi Kurikulum kali ini memang banyak menuntut peserta didik untuk menyeimbangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Jadi proses pembelajaran lebih sering dibentuk kelompok diskusi. Sehabis magrib, aku minta izin pada Ibu untuk mengerjakan tugas kelompok Kimia di rumah Vivi, kalau urusa sekolah pasti ibu selalu mengizinkan dengan catatan jangan puang terlalu malam. Motorku mengantarku ke rumah Vivi degan waktu lima belas menit. Waktu yang bersamaan Bara dan Mahesa juga baru tiba di rumah Vivi. Saat kami masuk ke ruang tamu, sudah ada Zahra dan Vivi yang mulai mengerjkan tugas, kami segera membaur agar tugas kimia segera terselesaikan.Ditengah-tengah keseriusan mengerjakn tugas ada suara HP yang bordering,  ‘’HP siapa itu yang bunyinya tungkling-tungkling terus?’’ tanya Bara, ‘’Ngga tau Bar, HPku nada deringnya oplosan, hahahahah’’ jawab Mahesa, semua tertawa lepas  melihat Mahesa, dia memang  sosok yang humoris. ‘’Loh yaa, itu bukannya suara BBM mu? Coba cek, palingan juga dari Kak Edward ’’Kata Vivi , sambil mengecek HP aku menjawab pertanyaan Vivi ‘’Eh iyaa Vi, tebakan bener. Sebentar dulu ya…’’. ‘’Si Prisya kenapa tuh ? ngadepin Hp aja senyum-senyum sendiri.’’ Tanya Zahra sambil mengerjaka tugas Kimia, ‘’ Biasa lah palingan dia juga lagi kasmaran sama kak Eward.’’ Jawab Vivi, mendengar jawaban itu  Zahra kaget dan raut wajahnya menjadi aneh,  sepertinya ada sesuatu yang dia sembunyikan.  ‘’Sudah – sudah kalau cewek ngumpul pasti curhat melulu, ayo kita kerjakan biar cepat seesai.’’ Kata Bara. Tak lama aku membalas BBM singkat yang hanya menanyakan sedang apa dan dimana dan aku juga menyanyakan hal yang sama ya biar tidak dikira cuek. Aku melanjutkan tugas kimia yang baru 50% terselesaikan. Baru 1 menit mengerjakan, HPku bergetar tanpa ada suara tungkling-tungkling lagi. ‘’Ini aku mau beli martabak manis dik di pojokan alun-alun. Kamu mau dik ?’’ Itulah balasan pesan BBMnya. Jawaban singkat “ terserah Kak.” Menurutku itu kode yang sudah mewakili kondisi perutku, Zahra,Vivi, Bara dan Mahesa, karena orang tua  Vivi sedang tidak berada di rumah, jadi stok makanan ringannya cuma sedikit dan itu pun sudah habis dimenit-menit awal. Lima belas menit kemudian BBMku baru dibalas,’’Dik kamu masih di rumah Vivi kan ?’’, aku mengiyakan pertanyaan dari Kak Edward. Bersandau-gurau dan memutar music adalah cara kami untuk megurangi kejenuhan saat mengejakan soal, ‘’Eh Ya, ngomong-ngomong Kad Edward itu rumahnya di gang sebelah lo. Kamu tau itu kan ?’’  tanya Vivi, ‘’ Haha masak sih Vi ? kok kamu ngga pernah cerita sama aku.’’ Jawabku dengan wajah kaget. ‘’Haduh Ya Ya, kam itu chattingan bahas apa aja sih, rumahnya Kak Edward aja same ngga tau.’’ Kata Vivi ’’Kamu itusedekat apasih sama Kak Edward ? terus giman ceritanya Kak Edward yang pendiam itu bisa chattingan sama kamu ? ’’ ceplos Zahra. Mendengar pernyatan itu, aku kagetdan menjawab ‘’Kenapa kamu Tanya kaya gitu Zah ? Kita hanya berteman saja kok.’’ , sepertinya Zahra masih tidak percaya dan menyakinkan sekali lagi ‘’Kamu yakin kan ? Ngga ada apa-apa Kak Edward?’’ aku pun dengan tegas menjawab ‘’Ya Allah aku yakin Zah, kita hanya berteman saja. Kenapa sih kamu kok tanya gitu banget ? Apa ada masalah kalau aku berteman dengan Kak Edward ?’’, dengan terbata-bata Zahra menjawab ‘’Ng…ngga kok ngga ada masalah, aku kan cuma bertanya saja Ya.’’. Ketika aku mengobrol dengan Zahra, aku tau teman-teman yang lagi juga mendengarkan tapi mereka pura-pura tidak tau saja, karena Mahesa tersnyum sengit, ya itulah anehnya mereka. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan Zahra, atau mungkin Zahra suka sama Kak Edward? , tapi tidak biasanya Zahra sepert ini ya sudahlah mungkin aku saja yang memiliki pemikiran negatip  tentang Zahra. ‘’ Tok-tok Assalamu’alaikum.’’ Ada suara orang yang mengetuk pintu rumah Vivi. ‘’Wa’aalaikummussalam.’’ Jawab kita semua. Lalu Vivi keluar dan menghampiri oranng tersebut. Tak disangka ternyata yang bertamu adalah Kak Edward. ‘’Maaf dik, dik Prisyanya ada ?’’ tanya kak Edward, ‘’Iya ada, tunggu sebentar  Kak, tak panggilkan Prisyanya masih di belakang ngerjain tugas.’’ Vivi memanggilku dan member tahu bahwa Kak Edward mencariku. Aku gugup dan bingung entah kenapa. Aku keluar dan menemui kak Edward. ‘’Assalam’alaikum dik, ini buat kamu.’’ ‘’Wa’alaikummussalam Kak, itu apa ?’’ ‘’ Udah pokoknya ini buat kamu dik.’’ Sambil mengulurkan tangan kanannya. ‘’Iyaa, makasih ya Kak udah repot-repot bawain ginian segala.’’ ‘’Iya dik sama-sama, kamu masih ngerjain tugas kan?’’ ‘’Iyaa nih Kak, banyak banget tugasnya.’’ ‘’Ya sudah, lanjutin aja ngerjain tugasnya, aku pamit pulang dulu.’’ ‘’Hehe iyaa Kak, hati-hati dan terima kasih banyak Kak.’’ Dia hanya mengangguk, tersenyum, dan pergi bersama kendaraan roda duanya. Aku kembali, dan menaruh satu kotak kecil yang dibungkus dengan plastic berwarna putih di tengah tugas kami. Teman-temanku langsung heboh, dan membullyku, tapi tetap saja sekotak martabak manis rasa coklat kacang itu langsung habis dala waktu lima menit. Tapi sepertinya Zahra terlihat canggung untuk ikut memakannya, padahal dari tadi dia yang paling merasa kelaparan.  Dua jam berkecimpung dengan tugas kimia ditambah sekotak martabak manis gratis bisa menyelesaikan tugas itu. Buku paket, buku tulis, lembar kerja siswa, laptop sudah diberesi, pamitan sama Vivi juga sudah, dan sekarang waktunya pulang ke rumah masing-masing. Mendekati Ujian Nasional Setelah kejadian martabak manis itu kami memang masih sering berkomunikasi ,bahkan setiap hari. Topik bahasannya tentunya yang bermanfaat meskipun kadang diselangi dengan modus-modus tertentu. Walaupun begitu lebih banyak hal-hal yang membuat tersenyum sendiri saat membaca pesan BBMnya diHP dan mengantuk kalau membaca buku. Entahlah faktor apa itu. Ujuan Nasional semakin dekat, Kak Edward mulai sibuk les sana-sani dan mempersiapkan SBMPTN. Oleh karena itu kita juga mulai jarang chattingan,kalaupun chattingan pasti balesnya lama banget. Memang selama mendekati ujian kita hanya chattingan seperlunya saja. Lagi pula aku juga sibuk dengan tugas dan ulangan, dan intinya kita sibuk dengan urusan masing-masingdemi meraih masa depan. Usai Ujian Setelah Kak Edward menempuh UN, UAS, dan lain-lain tiba saatnya menunggu pengumuman SNMPTN, dia sempat cerita kalau pengen banget masuk UGM fakultas ekonomi dan manajmen. Aku selalu mendoakan untuk keberhasilan kakak kelas, agar dipermudah dalam segala urusan yang menyertai. Sore itu, HPku bergetar dan ternyata ada pesan BBM masuk, itulah pesan pertama yang dikirim Kak Edward pasca tidak BBMan selama satu bulan ‘’Assalamu’alaikum dik, maaf aku mengganggumu. Aku hanya mau ngabarin kalau aku lolos SNMPTN di UGM fakultas Ekonomi dan Manajemen. Makasih ya dik atas semangat dan doa darimu. Besok aku berangkat ke Jogja.’’, membaca pesannya aku turut bahagia mendengarnya dan kaget juga sih. Aku pikir setelah  selesai menjalani macam-macam ujian kita bisa chattingan seperti dulu lagi. Tapi kali ini malah chattingan seperlunya saja. Sepulang sekolah, aku dijemput Kak Edward. Kita hanya muter-muter ngga jelas sambil bercerita dan berhenti di depan kedai martabak manis pojok alun-alun. ‘’Mau apa Kak ? kok berhenti disini’’ ‘’Sebentar ya dik, aku ambil pesenan dulu.’’ Menghampiri penjual yang akrab sekali dengannya. Kita melanjutkan perjalanan menuju rumahku. Sesampainya di rumah ternyata di depan pintu  ada ibuku, Kak Edward pamitan kepada ibu, wajahnya terlihat grogi saat mencium tangan ibuku. ‘’Tante, dik aku pulang dulu ya, oh ya ini  buat kamu.’’ Kata Kak Edward ‘’Iyaa kak, hati-hati di jalan, makasih ya.’’ Jawabku dan ibuku tersenyum. Habis ganti baju, dan makan siang aku mengobrol dengan ibuku di ruang keluarga sambil makan martabakk manis rasa coklat kacang. ‘’Itu tadi siapa nduk ? ’’ tanya ibuku, mendengar pertanyaan ibu aku langsung tersedak, ‘’Emmm itu tadi kak Edward Bu, kakak kelasku. Kemarin dia diterima di UGM lewat jalur SNMPTN lo Bu.’’. ’’Wahh pinter banget ya, udah nganterin kamu, dibeliin martabak manis kesukaanmu lagi.’’ sahut ibu. Aku hanya tersenyum, untungnya ibu tidak sampai tanya lebih dalam tentang kak Edward dan Ibu kembali nonton TV. Tepat pukul 17.00 Kak Edward pamitan kepadaku untuk berangkat ke Jogja. Aku hanya titip pesan hati-hati, jangan lupa solat dan berdoa. Beberapa Bulan Kemudian Walau sekarang jaraknya berjauhan, tapi kami tetap chattingan, tapi tidak sedekat dulu. Mungkin kuliah itu sangat sibuk, tapi untunngnya masih sempat saling memberi kabar walaupun dua hari sekali. Suatu ketika, entah kenapa Kak Edward satu minggu tidak memberi kabar. Aku masih menunggu kabar dari Kak Edward, tapi satu bulan kemudian masih belum ada kabar. Aku menceritakan ini semua kepada Vivi, dan dia menanggapi bahwa mungkin Kak Edward menghilang selama enam bulan itu ingin focus kuliah dan menghilang tanpa sebab itu sangat menguras pikiranku. Lambat laun aku bisa menerima hilangnya kabar Kak Edward, tapi bagaimanapun juga aku masih suka mengecek media sosialnya unuk mengetahui kegiatan kesehariannya. Kali ini aku benar-benar merindukan martabak manis coklat kacang di kedai pojok alun-alun, iyaa coklat kacang yang mampu mengembalikan ingatanku pada waktu awal chattingan. Aku langsung menuju kedai martabak kesukaanku itu. Kacau, disaat perut udah laper banget, antreannya mengular panjang lagi. Sambil menunggu giliranku memesan, aku bermain game yang ada diHP. Keasyikan bermain, ternyata tibalah giliran ku, dengan semangat aku berkata’’Pesan rasa coklat kacang satu ya.’’, terdengar dari belakang juga ada yang mengatakn hal sama kepada penjual martabak. Aku menoleh kebelakang seketika terdiam, ternyata Kak Edward pulang dan juga mau pesan martabak. ‘’Assalamuaikum dik, kamu masih suka beli martabak coklat kacang disini ?’’ ‘’Waalaikummussalam Kak, iyaa masih kok,, ini kan martabak kesukaanku.’’ Kak Edward menceritakan kenapa selama ini menghilang tanpa sebab, ternyata HPnya hilang saat ada seminar di kampusnya. Kita salin bertukar PIN.   Kak Edward mengantarku pulang dan membawakan martabak coklat kacang kesukaanku lagi. Komunikasi kita terhubung kembali, agak dekat lagi  gara martabak manis coklat kacang. Tapi aku masih bingung kenapa saat Kak Edward menghilang tanpa sebab aku begitu kangen dengan gaya bicaranya, nasehat-nasehatnya, cara dia mengajkku meningkatkan ketaqwaan dan lain-lain, tapi saat Kak Edward kembali aku tulus untuk bahagia ? Ah sudah lah mungkin ini hanya rasa sayang antara adik kakak.

2 komentar:

  1. dafabet - legalbet | legalbet
    The main goal of this william hill website is to provide a simple to navigate and reliable and reliable online 1XBET casino. The best site for 다파벳 online betting is Dafabet.

    BalasHapus
  2. Best toto site in 2021 - Avenue Pours
    Here's some great info for the following betting pages: 카지노 the best tips on top of our 토토사이트 very good toto site for punters. One of the best bettors to

    BalasHapus